Antara Ikhlas dan Riya



Alyumnaa.com~Seringkali terlintas dalam benak kita, apakah ibadah yang selama ini kita lakukan sudah ikhlas dan benar di hadapan Allah SWT. Sebenarnya seperti apakah makna Ibadah yang ikhlas dan benar itu.
Imam An-Nawawi Ad-Dimsyqi telah menguraikan secara gamblang akan makna Ikhlas dan benar berdasarkan Firman Allah SWT dan Hadist-hadist Shahih dalam sebuah Kitab karyanya yaitu Al- Adzkar. Coba kita baca dan renungkan apakah ibadah kita sudah Ikhlas dan benar Lillahi Ta'ala.


Antara Ikhlas, riya dan Syirik

Diriwayatkan dari Ummar bin Khottob ;
"Perbuatan itu tergantung pada niat dan tiap-tiap orang (personal) menurut niatnya. Barang siapa dalam berhijrah menuju kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya maka balasan hijrahnya mendapat keridhaan Allh dan Rasul-Nya. Barang siapa berhijrah untuk mencari kepentingan dunia, ia dapatkan dunia itu, atau untuk mendapatkan seorang wanita, ia pun menikahinya, maka (balasan) hijrahnya (ia Mendapatkan) menurut (niat) hijrah yang ia lakukan". ( Hadist Shahih yang disepakati oleh ulama ahli hadist).

Alyumnaa.com~Hadis ini merupakan salah satu hadis yang menjadi dasar hukum dalam islam. Seringkali ketika kita melakukan aktifitas peribadahan sehari-hari, kita takut tergolong riya, apalagi ibadah tersebut dilakukan ditengah-tengah orang banyak , seperti di masjid dan sebagainya.Sehingga terkadang ada perasaan was-was dan segan untuk beribadah. Namun apakah sikap dan perasaan yang timbul ketika kita melaksanakan berbagai ibadah itu adalah hal yang benar ?
Diriwayatkan kepada kami dari Abu Ali fudhail bin Iyadh:



"Tidak/meninggalkan beramal karena manusia adalah riya, dan beramal karena manusia adalah syirik dan apabila kamu beruntung mendapat pemeliharaan Allah dari keduanya, itulah namanya Ikhlas".

Alyumnaa.com~Hadis di atas telah mematahkan pemahaman kita selama ini tentang arti Ikhlas dan riya. Tidak melaksanakan/meninggalkan ibadah karena manusia (takut dibilang sok alim, takut dibilang sombong dan lain sebagainya) itulah yang dinamakan riya, sedangkan ketika kita beribadah karena manusia (mengharapkan pujian manusia dsb) itu dinamakan syirik, karena berharap kepada selain Allah dalam melaksanakan ibadahnya. Sedangkan Iklhas itu ketika kita mampu mengosongkan hati kita dari segala perasaan-perasaan apapun yang timbul dari arah manusia, dan fokus hanya semata-mata mengharap Rahmat dan Ridho Allah SWT semata.

Orang yang Ikhlas dan Benar

Imam Al Harist Al muhasibi mengatakan

" Orang yang benar itu ialah orang yang tidak mempedulikan setiap penghormatan yang bersemi di hati umat manusia yang ditujukan kepadanya. hal ini adalah karena kesuciannya. ia tidak senang diketahui orang kebaikannya, walaupun yang sekecil-kecilnya dan tidak benci bila dikoreksi kejelekan amalnya oleh orang lain".

Sedangkan Imam Hudzaifah al Mar'asyi mengatakan ;
"Ikhlas ialah kesamaan perbuatan hamba baik lahir maupun bathin".

Diriwayatkan kepada kami dari abul Qasil Al qusyairi ;

"Ikhlas ialah sengaja mengesakan Allah dalam beribadah. Dengan beribadah itu ia maksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan karena lainnya. seperti berbuat sesuatu karena makhluk, berbuat kebaikan yang terpuji di sisi manusia, suka dipuji atau lain-lainnya yang bukan Taqarrub kepada Allah." 

Abu Muhammad Sahal bin Abdullah at-tastari menjelaskan ;

"Para akyas (cendikiawan) dalam menafsirkan ikhlas tidak lebih daripada ini. Yaitu gerak dan diamnya, di tengah kesepian atau di tengah ramai hanya karena Allah ta'ala. Tiada bercabang dua dengan kehendak nafsu, keinginan diri dan keinginan keduniaan." 

Diriwayatkan kepada kami dari Abu Ali Ad- Daqqaq ; 
"Ikhlas ialah memelihara diri dari ingin diperhatikan makhluk. Sedangkan Siddiq (benar) itu ialah mensucikan diri dari memenuhi kehendak nafsu."

Alyumnaa.com~Orang Ikhlas tidak ditemukan riya di dalam dirinya dan orang siddiq (benar) itu tidak akan ditemukan adanya kesombongan dalam dirinya.

Alamat (ciri-ciri) Ikhlas

Dzun Nun al-Mishra mengatakan:
 "Alamat ikhlas itu ada tiga ; pertama pujian dan celaan orang sama saja bagi dirinya. Kedua, tidak riya dalam beramal ketika ia sedang melaksanakan amal itu. Ketiga, amal yang ia lakukan hanya mengharap pahala di akhirat."

Diriwayatkan kepada kami dari Al Qusyairi ;
 
 "Sifat siddiq (benar) dalam batas minimal ialah adanya kesamaan dalam beramal baik ditengah kesepian maupun di tengah orang ramai." 

Dari Sahal At Tastari mengatakan ;
"Tidak pernah merasakan arti kebenaran seorang hamba yang takabur dengan dirinya."

Demikian penjelasan singkat mengenai arti Ikhlas dan niat yang benar dalam beribadah, yang dikutip dari kitab Al- Adzkar. Semoga bermanfa'at.