Alyumnaa ~ Setelah Maryam mengasingkan diri untuk melahirkan Isa, Maryam yang kembali menuruni bukit, meniti jalan dengan penuh kehati-hatin karena ia menggendong seorang bayi. Sesekali Maryam mencium bayi yang ia gendong dan menutupkan tudung agar bayi yang ada dalam gendongan itu tak tersengat sinar matahari. Maryam terus berjalan, seakan tidak peduli pada apa yang kelak terjadi. Ia sudah diberi satu kekuatan oleh Allah swt.
“Sesungguhnya aku telah
bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (QS. Maryam ayat;
26)
Hingga akhirnya, Maryam sampai ditengah-tengah kaumnya. Ia memasuki
kampung tanpa bicara, diam seperti memasuki kota asing yang tak perlu
dihiraukan apa pun yang akan terjadi nanti. Orang-orang memandangnya
dengan penuh keheranan. Apalagi Maryam sebelum pergi tidak membawa apa
pun, tapi saat pulang ke kampung halaman tiba-tiba wanita suci itu
berjalan dengan menggendong seorang bayi.
Pada malam hari. Di altar langit, muncul sebuah bintang yang menawan. Bintang itu seperti memancarkan percik sinar keemasan yang menyilau. Sementara itu, di tempat lain, raja Persia menatap bintang itu dengan penuh kekaguman. Di dalam hati, dia merasa ada yang lain dari bintang-bintang yang pernah dia lihat. Entah kenapa, saat dia melihat bintang itu, dia merasa tentram dan bahagia.
Perasaan itu mengundang rasa penasaran di dalam pikiran. Akhirnya, dia memanggil seorang paranormal. Dia menceritakan tentang bintang itu. Sang paranormal pun angkat bicara. “Kemudian bintang itu tidak lain sebagai penghormatan atas lahirnya seorang bayi yang istimewa di muka bumi ini.”
Raja Persia penasaran. Siapa bayi itu? Dia pun memutuskan untuk mengirim beberapa orang kepercayaannya dengan membawa emas, dan susu dan berbagai hadiah. Semua itu akan diberikan keada bayi istimewa tersebut. Para utusan itu melintas dari satu kampung ke kampung yang lain, hingga akhirnya mereka tiba di negeri Syam. Di negeri Syam itu, para utusan raja Persia itu menemui raja Syam menanyakan apa maksud dari kedatangan mereka itu. Mereka menceritakan semua.
Setelah mendengar cerita dari utusan raja Persia itu, raja Syam pun tidak ragu lagi jika bayi yang dicari itu tidak lain adalah Isa. Raja Syam langsung terpikir soal kelahiran Nabi Isa, karena Nabi Isa sudah bisa berbicara saat masih dalam buaian dan kabar itu santer terdengar ke segenap penjuru negeri Syam.
Akhirnya, raja Syam memanggil pengawalnya, dan meminta pengawalnya itu mengantar para utusan raja Persia ke tempat tinggal Isa. Tetapi di balik niat baik itu, raja Syam sebenarnya punya niat jahat. Sebelum pengawalnya itu pergi, ia berpesan bahwa setelah para utusan raja Persia itu pergi, mereka harus membunuh Isa.
Rombongan utusan raja Persia yang diantarkan oleh pengawal raja Syam itu akhirnya sampai ke tempat tinggal Nabi Isa. Para utusan raja Persia langsung menyampaikan salam dari raja mereka dan memberikan semua hadiah yang mereka bawa. Tapi para utusan raja Persia itu tahu niat jahat raja Syam. Maka, sebelum mereka berpamitan, mereka membisikkan kepada ibu Isa, Maryam, tentang niat jahat dari raja Syam itu. Seketika itu, Maryam tersentak. Ia mau tak mau harus menyelamatkan Isa. Maryam pun membereskan barangnya dan membawa bayinya keluar dari negeri Syam kemudian pergi ke Mesir. (Di sanalah kemudian nabi Isa dibesarkan hingga mencapai usia 2 (dua) tahun, dan di usia itu Nabi Isa sudah terlihat memiliki keistimewaan, dianugerahi beberapa mukjizat.
Suatu hari, Dihqan (sebutan untuk seorang pemimpin satu daerah atau wilayah) yang rumahnya ditempati Maryam. Ia merasa kehilangan sejumlah uang dirumahnya. Sedang rumah itu tidak ditinggali, kecuali oleh orang-orang fakir miskin, orang-orang jompo, dan para musafir. Dihqan tidak mengetahui siapa yang telah mengambil uangnya, namun petunjuk yang didapatkannya mengarah dan memberatkan pada Maryam sebagai sang tertuduh.
Seisi rumah langsung diliputi ketegangan. Mereka yang tinggal dirumah itu menuntut uang itu dikembalikan agar pemilik rumah tetap mengizinkan orang-orang miskin dan papa itu untuk tinggal dirumah tersebut. Saat Isa mengetahui hal itu, ia langsung mendekati satu per satu penghuni rumah itu. Dua di antara orang-orang yang tinggal di rumah itu, menjadi pusat perhatian Isa. Dua oang itu yang satu tuna netra, dan yang satunya lagi lumpuh. Tanpa bertanya sesuatu apa pun. Isa langsung berbicara kepada orang yang buta.
“Angkatlah orang yang lumpuh itu, dan gendonglah dia!”
“Aku tidak mampu melakukannya.” jawab orang yang buta tersebut. “Kamu pasti mampu! Lakukanlah seperti ketika kamu berdua mengambil uang yang hilang dari lubang kamar.”
Setelah Isa berkata seperti itu, mereka berdua akhirnya mengakui perbuatan mereka dan mengembalikan uang yang mereka ambil dari si pemilik rumah. Sejak saat itu, orang-orang di rumah tersebut menaruh hormat kepada Isa, meskipun ketika itu Nabi Isa masih sangat kecil dan belum diangkat menjadi Nabi. Isa masih kecil waktu itu dan kerap bermain dengan teman-teman sebayanya. Sekali pun masih kecil, Isa selalu membuat hal yang tak terduga bisa terjadi. Pernah suatu hari, Isa berkumpul dengan teman-temannya dan Isa mengatakan, “Maukah kau aku beritahu sesuatu yang disembunyikan oleh ibumu?”
Salah satu dari anak itu pun menjawab, “Tentu saja.”
Lalu, Isa memberitahukan, “Ibumu telah menyimpan ini dan itu darimu.”
Anak itu diliputi perasaan bimbang. Apakah benar yang dikatakan oleh Isa itu? Padahal dia selama ini melihat ibunya sangat dan penuh perhatian terhadapnya. Tetapi, rasa penasaran membuat anak itu berjalan pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan, pikirannya diliputi kegalauan. Jarak antara tempat dia berbicara dengan Isa dan rumahnya serasa jauh. Ia pun berjalan dengan cepat, dan sudah tak sabar ingin bertanya keadaan ibunya tentang apa yang disampaikan oleh Isa.
Setelah sampai di rumah anak itu pun langsung menerabas masuk ke dalam rumah. Ia langsung menemui ibunya. Dan kilatan mata yang tajam di upil mata anak itu ketika ia dengan nanar menatap ke arah ibunya. Ibu anak itu merasa heran. Apalagi tak lama kemudian anak itu berkata dengan tiba-tiba. “Wahai ibuku.... berikanlah aku makanan yang kau sembunyikan dariku.”
Ibu anak itu pun merasa aneh dengan apa yang dikatakan oleh anaknya. Tidak pernah anak itu seperti hal itu sebelumnya, seolah-olah anak itu tahu apa yang disembunyikan oleh ibunya. Tetapi, ibu, anak itu merasa tidak bersalah. Sekalipun merasa tertuduh, ibu anak itu menjawab seolah-olah tidak tahu apa yang aku sembunyikan darimu?”
Anak itu menjawab, “Makanan ini dan itu.”
Setelah anak itu menyebutkan makanan yang dimaksud, ibunya tak bisa mengelak lagi. Tetapi di dalam hati, sang ibu merasa anaknya itu tahu apa yang telah disembunyikan. Kemudian ibu anak itu pun bertanya, ”dari mana kau tahu ibu menyembunyikan makanan tersebut?”
“Aku diberitahu oleh Isa bin Maryam“, jawab anak itu.
Saat mendengar nama Isa disebut ibu, anak itu merasa tercekat. Ada setangkup beban dan rasa bersalah yang melingkupi pikiran. Labih dari itu, ibu anak itu pun tahu. Isa bukanlah orang biasa.
Hari berlalu dan bulan berbilang. Suatu hari anak Dihqan mengadakan acara jamuan makan. Anak Dihqan mengundang orang-orang itu datang menghadiri undangan dan jamuan makananan pun dihidangkan. Aroma sedap menguar dan mereka semua makan dengan lahap. Dan satu kebiasaan dalam acara jamuan semacam itu yang tak bisa ditinggalkan.
Usai jamuan makan selesai, anak Dihqan pun menyuguhkan minuman, yakni minuman arak. Tapi, harapan anak Dihqan yang ingin menyenangkan tamu undangan, ternyata bertepuk sebelah tanga. Guci arak milik anak Dihqan rupanya kosong. Muka anak Dihqan langsung pucat pasi karena diliputi perasaan malu. Isa yang melihat kejadian itu, kemudian mendekat ke arah guci. Sejenak dia mengusap sekeliling guci. Keajaiban pun terjadi Guci itu tiba-tiba sudah dipenuhi kembali dengan arak dari jenis yang terbaik. Orang-orang yang melihat kejadian itu merasa heran dan berdecak kagum. Peristiwa itu membuat Isa dihormati banyak orang.
Tidak lama setelah itu, Isa dan Maryam kembali ke Baitul Maqdis, kampung halaman mereka. Ketika Isa menginjak usia tiga belas tahun, Allah memerintahkan untuk meninggalkan Mesir dan kembali ke Bethel (nama kota di Baitul Maqdis). Maryam dan Isa kemudian menemui Yusuf (anak dari paman ibunya). Setelah itu, Yusuf menaikkan keduanya ke atas keledai hingga mereka tiba di Bethel dengan keledai itu. Kemudian Isa menetap di sana, dan mendapatkan kitab Injil, diajarkan kitab Taurat, diberi mukjizat bisa menghidupkan orang yang telah mati, bisa menyembuhkan orang-orang yang ditimpa berbagai penyakit, mengetahui hal-hal yang tak terlihat oleh mata (Isa mampu melihat makanan-makanan yang disimpan di rumah-rumah orang Yahudi), dan mengetahui jika ada orang yang datang.
Semua mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Isa itu membuat orang-orang terheran-heran, dan terkagum-kagum. Mereka pun sangat takjub dengan mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Isa. Lalu peralahan-lahan Nabi Isa mulai menjelaskan siapa dirinya sebenarnya. Tetapi, tidak semua orang mau menerima penjelasan Nabi Isa......!!!!!!
Oleh N. Mursidi dalam Majalah Hidayah