Hak-hak suami istri
Kelurga Sakinah
Mempunyai keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah merupakan harapan dan juga impian bagi setiap insan yang telah menjalin ikatan dalam sebuah pernikahan. Kelurga yang sakinah akan tercipta jika masing-masing kedua belah pihak memahami dan melaksanakan semua hak dan kewajibannya dalam kehidupan berkelurga. Namun tidak sedikit pasangan suami istri tidak memahami dan melaksanakan apa yang menjadi hak-hak dan kewajibannya sebagai seorang suami atau istri. Sehingga tanpa disadari, seringkali suami mengabaikan apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga, begitu pula sang istri.Mengingat akan pentingnya pemahaman mengenai hak-hak dan kewajiban suami istri dalam kehidupan rumah tangga, maka Syeikh Muhammad Umar bin Ali Nawawi Al Bantani Al Jawie-seorang ulama besar asal Banten, Indonesia-terdorong untuk membuat sebuah kitab yang membahas mengenai hak dan kewajiban suami istri yang kemudian diberi nama "Syarah 'Uqudulujjain Fi Bayaani huquuqiz zaujain" شرح عقود اللجين في بيان حقوق الزوجين
Kitab ini terbagi kedalam 4 Fashal,
1. Fashal menjelaskan tentang hak-hak seorang istri ,wajib atas suami
(الفَصْلُ الأَوَّلُ: فِيْ)
بيان (حُقُوْقِ الزَوْجَةِ) الواجبة (عَلَى الزَوْج) وهي حُسْن
العِشْرة، ومؤْنةُ الزوجة ومهْرُها، والقَسْم، وتعليمُها ما تحتاج إليه من فروض العبادات وسننها ولو غيرَ مؤكَّدة، ومما يتعلق بالحيض، ومن وجوب طاعته فيما ليس بمعصية.
Hak-hak seorang istri, wajib atas suami yaitu :
- Bergaul dengan baik
- Membiayai istri
- Mahar
- Gilir
- Mengajari apa yg ia butuhkan tentang fardlu-fardlu ibadah dan sunah sunahnya meskipun bukan sunah muakkad
- Mengajari apa yang berhubungan dengan masalah haidl Taat kepada suami yang bukan maksiat.
2. Fashal menjelaskan tentang hak-hak seorang suami,wajib atas istri
(الفَصْلُ الثَّانِيْ: فِيْ)
بيان (حُقُوْق الزَّوْجِ) الواجبة (عَلَى الزَّوْجَةِ) وهي طاعة الزوج في غير معصية، وحسن المعاشرة، وتسليم نفسها
إليه، وملازمة البيت، وصيانة نفسها من أن توطئ فراشه غيره، والإحتجاب عن رؤية أجنبي لشيء من بدنها ولو وجههل وكفيها، إذ النظر إليهما حرام ولو مع انتفاء الشهوة والفتنة، وترك مطالبتها له بما فوق الحاجة ولو علمت قدرته عليه، وتعففها عن تناول ما يكسبه من المال الحرام، وعدم كذبها على حيضها وجودا وانقطاعا
Hak-hak seorang suami, wajib atas istri yaitu :
- Taat kepada suami yg bukan maksiat,
- Bergaul dgn baik,
- Pasrah (taslim) kepada suami,
- Sering dirumah,
- Menjaga dirinya dari memasukan laki-laki lain ke tempat tidurnya,
- Mengutupi badan,wajah dan telapak tangannya) dari penglihatan laki asing, karena melihat keduanya juga hukum-nya harom ,meskipun tanpa bergelora syahwat dan timbulnya fitnah Meninggalkan tuntutan kepadanya diatas kemampuanya meskipun ia mengetahui kadar kemampuan suaminya,
- Memelihara dirinya dari yang haram dalam menggunakan harta yang ia usahakan, Tidak berbohong saat ia haidl dan sdh selesainya.
3. Fashal menjelaskan tentang keutamaan istri sholat di rumah
(الفَصْلُ الثَالِثُ: فِيْ)
بيان (فَضْلِ صَلاَةِ الْمَرْأَةِ فِيْ
بَيْتِهَا وَفِيْ أَنَّهَا) أي صلاة المرأة في بيتها (أَفْضَلُ مِنْ
صَلاَتِهَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ). قال صلى الله
عليه وسلم: {أَقْرَبُ مَا تَكُوْنُ الْمَرْأَةُ مِنْ وَجْهِ رَبِّهَا
إِذَا كَانَتْ فِيْ قَعْرِ بَيْتِهَا وَإِنَّ صَلاَتَهَا فِيْ صُحْنِ
دَارِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِيْ بَيْتِهَا}. والمخدع بضم الميم:
بيت في بيت، وذلك للستر
Fashal ketiga menjelaskan, "bahwasanya sholat seorang isteri di rumahnya, lebih utama dari pada sholat berjama'ah bersama Nabi SAW.
Rosulullah SAW bersabda : :"Kondisi yang paling dekat bagi seorang wanita dengan rabb-Nya yaitu Saat ia berada dalam rumahnya, dan sholat prempuan di rumah lebih utama daripada sholatnya di mesjid, sholat dalam rumahnya lebih baik daripada sholatnya di ruang belakang rumahnya, dan sholat dikamarnya lebih baik daripada sholat dalam ruang rumahnya".
Keterangan : Lafadz "MUKHDA" adalah ruangan atau kamar yang diperuntukan untuk sholat dan ibadah lainnya. yang demikian untuk menutupi Auratnya.
4. Fashal menjelaskan hukum laki-laki memandang perempuan
الفَصْلُ الرَابِعُ: فِيْ) بيان (حُرْمَةِ نَظَرِ الرَجُلِ إِلَى
النِّسَاءِ الأَجْنَبِيَّاتِ وَالْعَكْسِ) أي نظرهن إليه، فما يحرم رؤيته
على الرجل يحرم رؤيته على المرأة منه. والمراهق في ذلك كالرجل، فيلزم وليه
منعه من النظر إلى الأجنبية، ويلزمها الإحتجاب منه. وكالمرأة في ذلك
الأمردُ الجميلُ الوجهِ، كذا في النهاية للشيخ محمد المصري (وَ) في (مَا
وَقَعَ فِيْهِ) أي النظر (مِنَ الزَجْرِ) أي المنع من الكتاب والأحاديث.
Hukum Laki Memandang Perempuan
Pengarang menjelaskan keharaman laki laki melihat wanita ajnabiyyah yang bukan mahrom dan begitu pula sebaliknya. Apa yang haram dilihat oleh laki-laki maka haram pula dilihat oleh wanita, Dan murohiq diponis sama dengan laki-laki dewasa.Maka wajib bagi wali dari anak laki-laki yang sudah murohiq (baligh) untuk melarangnya dari melihat perempuan yang bukan muhrimnya. Demikian juga wajib bagi wali atau orang tua dari anak perempuan yang sudah balighoh untuk memerintahkannya berhijab atau menutupi auratnya dari pandangan laki-lakim yang bukan mahromnya, Seperti yang dituturkan oleh Syeikh Muhammad Mishry dalam kitab Nihayah tentang hukum larangan melihat sesuatu yang telah di nash oleh al-qur'an dan al-hadits.
ويحرم على الرجل ولو مجبوبا وخصيا
وعنينا ومخنثا وهمًّا نظره إلى أجنبية مشتهاة حتى إلى وجهها وكفيها ظهرا
وبطنا، وهو المفتي به، لكن نقل عن الأكثرين حل النظر إلى ذلك. أما نظرُ
الرجل إلى زوجته وأمته في حال حياة كلٍّ منهما فجائزٌ ولو مع وجود مانع من
الإستمتاع قريب الزوال كحيض ورهن، لكن يكره نظر الفرج حتى من نفسه بلا
حاجة، بخلاف المانع البطىء الزوال كأن اعتدت الزوجة عن شبهة، فيحرم النظر
إلى ما بين سرّتها وركبتها، دون غيره كالمحارم والأمة المزوّجة. أما النظر
لإجل النكاح، فيجوز إلى الوجه والكفين فقط من الحرة، وإلى ما عدا ما بين
السرة والركبة من الأمة. ويجوز النظر إلى الأجنبية في الوجه فقط للشهادة
والمعاملة، وإلى الأمة عند شرائها فيما عدا العورة من ظاهر البدن.
Haram bagi laki-laki -meskipun iatidak memiliki dzakar dikebiri
atau impoten atau banci- melihat wanita ajnabiyyah yang musytahat
(memasuki usia yang batal wudhu dengan menyentuhnya) hingga melihat
wajahnya atau dua telapak tangannya, baik bagian luar maupun dalamnya.
Adapun seorang laki-laki memandang isterinya atau budak perempuan-Nya
dalam kondisi hidup keduanya maka hukumnya boleh meskipun masih dalam
keadaan dilarang untuk istimta'(mengambil kesenangan kepadanya) seperti
dalam kondisi haidh.
Namun makruh melihat farji sendiri tanpa ada hajat. Adapun melihat wajah
dan kedua telapak tangan wanita merdeka untuk tujuan dinikahi maka
diperbolehkan, Namun jika seorang ia seorang budak maka diperbolehkan
melihat selain anggota badannya diantara pusar dan lututnya.
Juga diperbolehkan melihat wajah wanita yang bukan mukrim dalam hal yang
dibutuhkan untuk menjadi saksi (syahadah) maupun dalam mu'amalah.
demikian pula budak perempuan saat hendak menjualnya maka dibolehkan
melihat bagian dalam badan.
Kondisi Yang Dibolehkan Melihat Wanita
ويجوز النظر إلى الأجنبية ومسّها
للمداواة في المواضع التي يحتاج إليها ولو فرجا، بشرط حضور من يمنع الخلوة
من محرم ونحوه، وبشرط فقد جنس معالج، ويجوز النظر إليها أيضا لتعليم الواجب
فقط عليها كما قاله السبكي وغيره، وذلك عند فقد من يعلمها من المحارم
والنساء، قياسا على المداواة، وعند تعسر التعليم من وراء حجاب. ولا يجوز
النظر إليها لأجل تعليم المندوب، بخلاف الأمرد، فيجوز النظر إليه لأجله.
كذا في شرح النهاية للشيخ المصري على الغاية لأبي شجاع.
Imam Subki dan yang lainnya menuturkan, bolehnya melihat wanita yg bukan muhrim dalam beberapa kondisi seperti
Tidak diperbolehkan melihat ajnabiyyah jika yang diajarkan-Nya adalah masalah masalah sunah, berbeda dengan amrod, maka boleh melihat amrod ketika menyampaikan perkara yang sunah.- Keperluan pengobatan, pada anggota badan yang sedang di obati sekalipun itu farji-Nya (kemaluan wanita) dengan syarat dihadiri mahromnya dan tidak ada dokter perempuan.
- Boleh hukumnya melihat Ajnabiyyah dalam keperluan mengajarkan perkara-perkara yang wajib menurut agama jika memang tidak ada yang mengajarinya baik mahrom ajnabiyah tadi atau tidak ada ustadzah. Hal ini diqiyaskan dalam hal pengobatan,dan jika ditemukan kesulitan-kesulitan dalam belajar ketika dipasang hijab atau sutroh.
Demikian penjelasan mengenai hak-hak suami istri dalam rumah tangga. Jika masing-masing suami istri mampu melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing,maka insya Allah, keluarga kita akan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah.
Baca juga :
Hak-hak Suami dan Kewajiban Istri (uqudulujjain)
Hak-hak Istri dan Kewajiban Suami (Kitab Uqudulujjain)
trims
BalasHapus